pasang iklan gratis

Selamat Datang dan jangan lupa kembali ya teman... saya ucapkan terimakasi atas kunjungan nya !!! :)

  • Web
  • Google Search
  • Photobucket

    Minggu, 07 November 2010

    Trauma Efek Letusan Merapi

    Blitar-HARIAN BANGSA
    Sejumlah warga yang bertempat tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB) II Gunung Kelud di wilayah Kabupaten Blitar resah.
    Warga khawatir meletusnya Gunung Merapi di Jawa Tengah akan meningkatkan aktivitas Gunung Kelud. Sebab masih melekat kuat pada ingatan warga, jika letusan Gunung Merapi pada 2006 disusul dengan ledakan pada Gunung Kelud yang meninggalkan kubah atau anak Gunung Kelud di tahun 2007.
    “Artinya selisihnya satu tahun setelah Merapi. Yang dikhawatirkan setelah ini Gunung Kelud,” tutur Wahidin (35), warga Kecamatan Gandusari kepada wartawan. KRB II merupakan wilayah yang memiliki radius sekitar 10 kilometer dari puncak Gunung Kelud.
    Wilayah ini meliputi 12 desa di Kecamatan Nglegok, 22 desa di Kecamatan Gandusari dan tujuh desa di Kecamatan Kanigoro. Ketika Kelud “batuk” atau meletus, warga yang bertempat tinggal di KRB II ini yang paling menerima dampaknya.
    Wilayah KRB I atau wilayah kedua terdekat yang terkena dampak langsung ketika Kelud meletus meliputi Kecamatan Wonodadi, Udanawu, Wlingi, Selopuro, Talun dan Garum. Wilayah KRB I memiliki rentang jarak 15 kilometer dari puncak Gunung Kelud. Sementara wilayah KRB III merupakan lokasi di sekitar kawah Kelud.
    Kendati resah, menurut Wahidin, belum ada satu pun warga yang mengambil tindakan evakuasi diri. Sebab sampai saat ini status Gunung Kelud masih aktif normal. “Warga hanya cemas dan bersikap lebih waspada,” terangnya.
    Ditemui terpisah Kasubid Perlengkapan, Penanggulangan dan Penyelenggara Bencana Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbanglinmas) Kabupaten Blitar Katidjan membenarkan adanya informasi warga yang khawatir Gunung Kelud akan bergolak setelah Merapi meletus.
    Namun sejauh ini, laporan yang diterimanya, Kelud masih berada dalam statusnya aktif normal. “Sejauh ini belum ada perubahan status Kelud yang aktif normal,” ujarnya.
    Catatan yang diterima Bakesbanglinmas, Kelud melakukan aktivitas gempa vulkanik sebanyak enam kali sehari. Kelud juga memunculkan guncangan gempa tektonik jauh sebanyak 238 kali, tiga kali guguran, dua kali gempa tektonik lokal serta 33 kali low frekuensi (ferekuensi rendah). Suhu udara di sekitar kawah Gunung Kelud mencapai 58,6 derajat Celsius dengan kelembaban udara 6,5 persen. Kondisi ini akibat curah hujan yang mencapai 126 mm yang mendorong munculnya kepulan asap putih di sekitar kawah.
    “Namun sekali lagi, semua kondisi ini tercatat masih aktif normal,” tegas Katidjan. Kendati demikian, Katidjan meminta warga untuk bersikap waspada. Diakuinya, dengan meletusnya Merapi, tidak tertutup kemungkinan akan membawa pengaruh aktivitas gunung api di Jawa Timur termasuk di antaranya Gunung Kelud.
    Simulasi penanganan bencana terhadap para warga yang berada di wilayah KRB akan sangata membantu. Namun langkah tersebut saat ini belum perlu dilakukan. “Simulasi akan kita lakukan kalau status Kelud berubah dari normal ke waspada. Namun warga hendaknya tetap waspada, “pungkasnya.
    Dari data yang dihimpun, Gunung Kelud terakhir meletus pada tahun 2007, yang meninggalkan kubah baru yang disebut anak Gunung Kelud. Sebelumnya Kelud tercatat meletus pada tahun 1586 dengan jumlah korban mencapai 10 ribu jiwa. Letusan tahun 1919 menelan korban 5.160 jiwa, tahun 1951 sebanyak tujuh korban jiwa, tahun 1966 sebanyak 210 jiwa, dan pada 10 Februari 1990, Kelud menelan 34 korban jiwa.



    Simulasi Semeru
    Menjelang dilaksanakannya Simulasi bencana di sekitar wilayah Gunung Semeru, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur menyiapkan 10 unit alat berat.BPBD Jatim Gelar Simulasi Letusan Semeru.
    Alat berat itu digunakan untuk mengantisipasi terputusnya jalur evakuasi.
    "Kita siapkan sejumlah alat berat, termasuk untuk mendukung saat pelaksanaan simulai tanggal 28 November nanti," kata Kabid Kedaruratan BPBD Jatim Syahrul Arifin, Jumat (5/11).
    Selebihnya, BPBD Jatim akan melakukan penyuluhan kepada warga dan menyiapkan jalur evakuasi pengungsi. Yang terlibat dalam agenda tersebut adalah semua elemen, yakni Tim SAR, TNI/Polri, relawan, dan masyarakat sekitar.
    Penyiapan jalur ini, dilakukanuntuk mempermudah para pengungsi. Selain itu juga penyiapan shelter untuk pengungsi yang terpisah dengan hewan ternak. Selain alat berat, juga didatangkan pakar kegunungapian dari Bandung.
    Syahrul berharap, dengan persiapan yang optimal dan matang ini, maka kemungkinan terburuk bisa ditekan.
    Seperti diketahui, Gunung Semeru setinggi 3.676 meter terus beraktivitas. Data yang didapat dari Pos Pantau Semeru di Gunung Sawur, dalam 24 jam terakhir ini, terjadi empat kali guguran lava pijar dari arah puncak Semeru.
    Namun pihak BPBD Jatim masih menganggap kondisi itu aman.

    0 sok atuh ngoment:

    Posting Komentar

    komen sebanyak-banyaknya

    Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
    Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More